Author Archives: bapas-madiun

WAWASAN NUSANTARA BAGI KLIEN

Dari kiri ke kanan (Kasubsi BKD Bapak Sugeng - Pembicara 1 Bapak Mayor ARM Mulyadi - Kabapas Madiun Bapak Ardius - Perwakilan Polsek Taman Bapak Kartoyo

Kasubsi BKD Bapak Sugeng – Pembicara 1 Bapak Mayor ARM Mulyadi – Kabapas Madiun Bapak Ardius – Perwakilan Polsek Taman Bapak Kartoyo (Ki-Ka)

Madiun – Pemahaman wawasan nusantara sebagai wawasan kebangsaan Indonesia adalah cara pandang mengenai diri dan tanah airnya sebagai negara kepulauan dan sikap bangsa Indonesia terhadap diri dan lingkungannya, dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Dewasa ini banyak sekali kejadian di bumi pertiwi yang membuat miris seperti kasus bom yang terjadi di beberapa wilayah di Indonesia, adanya gerakan radikal yang membuat resah keharmonisan hidup berbangsa dan bernegara bahkan munculnya gerakan separatis yang mengancam kedaulatan NKRI.

Berkaca dari beberapa kejadian yang cukup dapat memperkeruh kebhinekaan yang ada ditengah kehidupan berbangsa dan bernegara tersebut maka hari Selasa (17/07/2018) bertempat di aula lantai 2 Bapas Madiun mengadakan bimbingan kepribadian untuk klien tentang wawasan nusantara, kebangsaan dan cinta NKRI dengan menggandeng Kodim Kota dan sebagai pembawa materi adalah Mayor (arm) Mulyadi.

Sebanyak kurang lebih 50 (lima puluh) klien mendengarkan dengan seksama pemahaman tentang wawasan kebangsaan. Mulyadi menyampaikan materi dengan penuh semangat sehingga klien pun antusias mendengarkan apa yang disampaikan.

Materi diberikan dengan maksud agar klien mengetahui apa yang menjadi hak dan kewajiban dalam berbangsa dan bernegara. “Jauhi sifat radikal,jangan mudah terprovokator apalagi menjadi provokator, cintailah Indonesia, tingkatkan rasa tepo seliro diantara sesama, pandanglah orang lain meski perbeda SARA sebagai saudara agar negara kita menjadi aman tentram loh jinawi, dan penuh dengan keberkahan”, ujar Mulyadi.

Selain itu Mulyadi juga mengatakan meskipun klien pernah berada di balik jeruji besi agar tidak berputus asa, minder, rendah diri. “Syukurilah apa yang diberikan Tuhan pada anda hari ini, karena dengan anda berada di balik jeruji besi berarti Tuhan ingin anda menjadi manusia yang lebih baik, Tuhan sayang dengan anda. Teruslah semangat, yakinkan diri anda bahwa anda pasti bisa menjadi lebih baik. Ingat….bukan berarti orang lain tidak punya salah..semua orang punya salah..jadi jangan berkecil hati..teruslah berusaha memperbaiki diri sehingga anda semua dapat turut menjaga keutuhan NKRI yang kelak dikemudian hari akan kita wariskan ke anak cucu kita”, tegas Mulyadi memberi semangat.

Pada sesi akhir, Bapas menghadirkan Klien teroris yang menceritakan pengalaman hidupnya hingga akhirnya menyadari kesalahannya dan kini berusaha mengajak kawan-kawannya yang termakan paham radikal untuk kembali ke jalan yang benar dan turut menjaga keutuhan NKRI.

BIMBINGAN KEMANDIRIAN – MENJADI MANUSIA LEBIH BAIK

Madiun – Pukul 10 pagi aula Bapas madiun tampak telah dipenuhi sekitar 50 orang klien yang akan mendengarkan ceramah dari Ustad Agung dari Kementerian Agama. Ceramah keagaman ini merupakan salah satu bagian dari bimbingan kepribadian yang bertujuan mengubah dan membentuk klien menjadi pribadi yang lebih baik dan bertanggung jawab.

Ceramah kali ini mengambil “Bulan Ramadhan dan syawal dapat menjadikan manusia menjadi pribadi yang lebih baik”. Dalam ceramahnya ustad Agung mangatakan bahwa manusia bukanlah merupakan penduduk bumi maka suatu saat manusia akan kembali ke tempat asalnya yaitu akherat. “Di akherat akan ada 2 (dua) tempat yang disediakan untuk manusia yaitu surga dan neraka, kemanakah kita ingin kembali”, tanya ustad Agung. “Tidak ada manusia yang mau ke neraka, bahkan orang jahatpun ingin mati dalan keadaan yang husnul khotimah, oleh karena itu di dunia ini kita berlomba-lomba dalam berbuat kebajikan. Allah pun tidak serta merta menurunkan manusia ke bumi tanpa ada aturan mainnya, maka diberikanlah Al-Qur’an dan Al Hadist sebagai pedoman bagi manusia dalam hidup dan berperikehidupan sehingga kita semua akan selamat”, lanjut ustad Agung.

Lebih lanjut Ustad Agung juga menjelaskan bahwa dalam 12 (dua belas) bulan ada 1 (satu) bulan bagi manusia yang diberikan oleh Allah sebagai pembakar dosa-dosa manusia yaitu bulan Ramadhan, pada bulan ini manusia, karena rasa kasih sayang Allah, disuruh untuk banyak-banyak berbuat amal ibadah dan kebaikan maka Allah akan memberikan ganjaran berupa pahala yang berlipat-lipat. Selain itu bulan Ramadhan juga menjadi momentum bagi setiap hamba manusia untuk meningkatkan kadar keimanannya dan untuk mengubah serta membentuk pribadi yang lebih baik kedepannya karena dengan beramal sholeh dan berbuat baik dapat membersihkan hati.

“Awal bulan syawal juga atau bisa kita sebut sebagai hari raya Idul Fitri merupakan momen yang tepat, setelah dosa-dosa kita dibakar,untuk bersilaturahim dengan kerabat maupun teman untuk saling memaafkan sehingga makin membersihkan kati kita karena hubungan hablumminannas yang kembali baik”, ujar ustad Agung menutup tausiah hari ini.

Bapas Madiun sendiri berharap dengan adanya tausiah ini dapat memberikan pencerahan kepada klien serta semangat bagi klien untuk kembali menjadi manusia yang lebih baik dan menata kehidupan dan keluarganya dengan niat karena Allah Ta’ala sehingga tidak mengulangi perbuatan perlanggaran hukum yang dapat mencederai diri sendiri maupun orang lain.

 

HAK DAN PERLINDUNGAN ANAK

Madiun – Bapas merupakan bagian dari sistem tata peradilan dimana salah satu tugasnya adalah melaksanakan pembimbingan dan pendampingan bagi anak berhadapan dengan hukum (ABH) dalam proses peradilan anak. Bapas melalui Pembimbing Kemasyarakatan mempunyai kekuatan untuk menentukan keputusan yang terbaik bagi anak, melalui rekomendasi dalam penelitian kemasyarakatan maupun dalam pembimbingan.

Bimbingan kepribadian yang diadakan oleh Bapas kali ini (16/05/18) mengambil tema “Hak dan Perlindungan Anak” yang dibawakan oleh Agung Witjaksono bertujuan memberikan pengetahuan terhadap klien bahwa tugas fungsi Bapas tidak hanya memberikan bimbingan dan pengawasan bagi klien seperti yang selama ini banyak diketahui oleh klien, tetapi Bapas juga berfungsi menangani masalah anak.

Agung menjelaskan tentang dasar hukum yang mengatur tentang hak dan perlindungan anak, konvensi hak anak, ratifikasi dari kesepakatan internasional.

Pada akhir bimbingan Agung menegaskan agar klien lebih menaruh perhatian terhadap tumbuh kembang anak sebagai generasi penerus bangsa. “Anak merupakan insan yang harus dilindungi karena mereka belum mampu untuk melindungi diri sendiri. Kita sebagai orang tua dan orang dewasa yang ada disekitar anak memiliki kewajiban untuk dapat melindungi dan memenuhi hak-hak anak. Secara hukum anak dilindungi oleh negara sehingga kesejahteraan anak baik fisik, psikologis dan sosial dijamin oleh negara,”ujar Agung”.

Sebelum kegiatan bimbingan ditutup, Agus (psikolog Bapas) mencoba menggugah hati klien untuk lebih fokus dan perhatian terhadap anak. “Sejauh apa kalian sudah memenuhi hak-hak anak kalian? Apakah kalian sudah merasa menjadi orang tua yang pantas bagi anak-anak kalian?. Pahamilah, anak-anak seharusnya mampu menjadi rem bagi kalian saat kalian ingin mengulangi perbuatan melanggar hukum, berikanlah contoh yang baik dan perhatian yang lebih bagi anak-anak kalian”, ujar Agus memberi semangat.

 

PERBAIKAN CITRA DIRI DAN PENGENALAN POTENSI USAHA

Madiun – Tujuan akhir dari sistem pemasyarakatan adalah bersatunya kembali klien pemasyarakatan dengan masyarakat, sebagai warganegara yang baik dan bertanggung jawab sehingga keberadaan mantan warga binaan pemasyarakatan di masyarakat nantinya diharapkan mau dan mampu untuk ikut membangun masyarakat dan bukan sebaliknya justru menghambat dalam pembangunan.

Sesuai dengan Undang-undang nomor 12 Tahun 1995 pasal 1 ayat 4 menyatakan bahwa Bapas adalah suatu pranata untuk melaksanakan bimbingan klien pemasyarakatan. Bimbingan ini diberikan dengan tujuan agar klien dapat hidup dengan baik didalam masyarakat sebagai warganegara serta bertanggung jawab untuk memberikan motivasi agar dapat memperbaiki diri sendiri dan tidak mengulangi kejahatan.

Sebagai bentuk pengejawantahan undang-undang dimaksud, hari ini (24/04/2018) Bapas kembali mengadakan bimbingan kepribadian bagi klien dengan mengambil tema “Perbaikan Citra Diri dan Pengenalan Potensi Usaha”.

Bimbingan kali ini klien dipertontontan video motivasi tentang mantan warga binaan pemasyarakatan pada Lapas Narotika Bandung yang setelah menjalani masa pidananya dapat “move on” dengan mendirikan cafe dan sebagai pelayannya adalah mantan warga binaan pemasyarakatan lainnya.

Pada sesi pemaparan materi, klien dijelaskan bahwa jika ingin seperti contoh pada video, maka tidak ada yang tidak mungkin karena dimana ada kemauan pasti ada jalan, hanya saja sebelum beranjak dengan angan-angan lebih jauh dengan membuat suatu usaha, ada baiknya kita perbaiki diri kita terlebih dahulu. “Dengan citra yang baik maka kepercayaan masyarakat terhadap diri kita yang sempat menurun akan kembali bahkan meningkat. Memang tidak mudah mengembalikan citra yang telah rusak, kita harus tau sifat dan perilaku apa yang perlu diperbaiki, kendala apa yang mesti dilalui, tidak mudah memang, tetapi jika kita ingin berhasil maka harus ada effort yang kuat dalam diri kita untuk berubah menjadi manusia baru yang jauh lebih baik. Jika berhasil, tidak hanya diri kita yang diuntungkan tetapi kita bahkan bisa membawa diri orang lain menjadi pribadi yang baik dan sukses pula, kuncinya adalah….berusalah, berjuanglah, jangan mudah puas apalagi menyerah”, ujar Agus memberi semangat.

Pada bimbingan kepribadian kali ini juga memberikan questioner kepada klien yang hadir setelah membagi klien berdasarkan domisili klien. Klien diharuskan mengisi questioner tentang jenis usaha apa yang ingin dijalani, usaha yang saat ini booming di tempat domisili klien, bakat apa yang dimiliki oleh klien, serta faktor pendukung  dan kendala jika ingin membuka usaha dimaksud. Questioner ini dimaksudkan agar pihak Bapas dapat memetakan potensi usaha yang tepat dan sesuai dengan bakat minat klien serta kebutuhan di daerah masing-masing sehingga pada saat memberikan bimbingan kemandirian dapat menghadirkan narasumber yang tepat dan sesuai kebutuhan.

Teleconference Presidential Lecture Unity in Harmony

Madiun – Selasa (27/03/2018) sebanyak 34.000 CPNS mengikuti kegiatan Presidential Lecture Unity in Harmony menuju birokrasi berkelas dunia tahun 2024. Kegiatan tersebut diselenggarakan di Istora Senayan Jakarta, dan dihadiri oleh Presiden, seluruh jajaran Menteri, dan lebih dari 5000 CPNS di seluruh instansi Kementerian yang ada di Jakarta dan secara live disiarkan oleh TVRI serta wajib disaksikan oleh seluruh CPNS yang berada di daerah masing-masing. Untuk masing-masing Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM dapat menyaksikan melalui teleconference.

Dalam pidatonya, Preseiden RI, Joko Widodo menyampaikan beberapa pesan kepada CPNS sebagai berikut:

1. Jokowi berharap para CPNS dapat menjadi motor perubahan bangsa, mengedepankan kepentingan rakyat diatas kepentingan pribadi dan golongan, dan terus berinovasi mengikuti perkembangan jaman dan teknologi

2. ASN dituntut bekerja lebih cepat, efektif, dan efisien dalam menyelesaikan segala permasalahan, terutama dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat

3. CPNS diharapkan agar memiliki rasa ingintahu yang tinggi terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) serta tanggap dalam menjawab kebutuhan masyarakat dan bertanggung jawab penuh pada pekerjaan.

Kegiatan ini berlangsung pada pukul 09.00 s/d 10.00 wib

BIMBINGAN KEPRIBADIAN-IDENTIFIKASI PENYIMPANGAN PERILAKU

Madiun – Kembali bapas Madiun mengadakan kegiatan bimbingan kepribadian yang bertujuan membina klien pemasyarakatan untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan dengan mengenali perilaku-perilaku yang menyimpang diharapkan klien dapat lebih berhati-hati dalam berperilaku dan bahkan dapat menemukan solusi terbaik dalam setiap permasalahan yang dihadapi oleh klien.

Kegiatan bimbingan kepribadian kali ini selain memberikan sosialisasi juga bersiat Focus Group Disscussion (FGD) dan sebagai pembicara dan trainer adalah 6 (enam) orang CPNS dari jenjang pendidikan sarjana psikologi.

Dalam tahap awal, klien diberikan materi tentang munculnya perilaku-perilaku yang menyimpang kemudian klien diajak untuk membuat kelompok-kelompok kecil dengan dibimbing oleh trainer pada masing-masing kelompoknya. Trainer membimbing klien-klien dalam kelompoknya untuk mengungkapkan perilaku jelek/ menyimpang dari masing-masing klien kemudian juga secara bersama-sama mencoba untuk mencari solusi/ langkah-langkah yang tepat agar dapat meminimalisir penyimpangan perilaku yang terjadi bahkan meniadakannya.

Pada sesi terakhir, trainer beserta salah seorang klien dalam kelompok kecil tersebut memaparkan di depan kelompok-kelompok lain tentang perilaku penyimpangan apa yang terjadi, faktor apa yang menjadi penyebab penyimpangan itu terjadi, tindakan preventif apa saja yang akan ditempuh untuk meminimalisir terjadinya perilaku menyimpang, dan jika sudah terjadi maka langkah-langkah apa yang perlu ditempuh sebagai solusi akhir.

FGD kali ini berlangsung interaktif dan klien terlihat sangat antusias dalam mengikutinya karena kadang kita selama ini tidak menyadari kekuatan internal psikis yang kita miliki yang jika tanpa didikan maupun bentukan yang baik dapat muncul menjadi sebuah perilaku yang menyimpang.

Tujuan dari sosialisasi dan FGD ini adalah untuk memberikan gambaran bahwa dalam diri kita ada kekuatan internal psikis dan bagaimana cara mengolahnya. Jika dirasa muncul perilaku yang mulai menyimpang dapat segera dicegah dengan cara-cara yang tepat.

MENGAPA PENYIMPANGAN MASIH TERJADI??

Madiun – Tidak sekali dua kali, bahkan mungkin sering sekali kita dengar istilah residivis yaitu pengulangan atau kesalahan yang dilakukan kembali oleh seorang narapidana, bahkan terkadang kita cukup dibuat pusing mengapa seorang narapidana tidak kapok berada dalam jeruji besi? Mengapa mereka nekat untuk melakukan kembali kesalahan yang sama?. Sementara kita tahu bahwa seorang narapidana residivis akan mendapat hukuman lebih lama dari kasus yang sebelumnya. Apakah mereka tidak jera? Masalah apa yang melatarbelakangi sehingga seseorang kembali melakukan kesalahan yang sama hingga rela kembali mendekan dalam Lapas??

Bimbingan kepribadian yang dilaksanakan oleh Bapas Madiun kali ini adalah berupaya mendapatkan solusi yang tepat bagi klien pemasyarakatan agar tidak kembali mengulangi kesalahan yang sama dengan mencari akar dari permasalahan yang dihadapi masing-masing klien. Tujuan dari kegiatan kali ini adalah membuat klien mampu mengendalikan jiwanya sehingga muncul keinginan bahkan niat untuk berubah ke arah yang lebih baik dengan memberikan stimulus-stimulus (rangsangan) bagi jiwa untuk tidak lagi memberontak dan menyebabkan munculnya kembali kesalahan yang sama bahakan bisa saja lebih parah lagi.

Bertempat di aula Bapas Madiun, kegiatan bimbingan ini dibuka oleh Kepala Bapas, Ardius. Ardius mengatakan bahwa selama ini Bapas dengan melalui PK nya terus mengikuti perkembangan Klien dan Klien juga diharapkan proaktif dalam setiap kegiatan yang diadakan oleh Bapas. “Kegiatan ini diadakan juga manfaatnya untuk anda sendiri. Disini tempat anda bisa belajar memperdalam diri sendiri. Disini anda akan diberikan solusi cara memecahkan masalah. Disini pula anda tidak sendiri, ada kami yang siap membantu anda. Adalah kegagalan bagi kami jika anda kembali melakukan kesalahan yang sama, bukan hanya keluarga anda yang akan sedih tetapi kami juga. Sayangi usia kalian, hiduplah secara wajar untuk masa depan yang lebih baik, mulailah berpikir positif, merubah sikap, perilaku dan pola pikir ke arah yang lebih baik sehingga akan muncul pribadi baik yang selama ini masih bersembunyi dalam diri anda”, ujar Ardius memberi semangat.

Bertindak sebagai narasumber adalah Agus seorang psikolog dari Bapas dengan dibantu olah 6 (enam) orang pegawai CPNS yang berlatar belakang pendidikan sarjana psikologi. Pada awal bimbingan Agus menjelaskan bahwa manusia terdiri dari 3 (tiga) hal yaitu tubuh, jiwa, dan ruh. Jiwa dibagi lagi menjadi 3 (tiga) yaitu cipta (pikiran), rasa (perasaan), dan karsa (perilaku). “Jika seseorang mendapat masalah maka yang pertama kali bergejolak adalah cipta dan berimbas ke karsa, dan jika kita tidak dapat mengaturnya maka yang timbul adalah perilaku/ karsa yang negatif yang dapat merugikan diri sendiri bahkan orang lain. Dan kadang banyak orang tidak memahami gejolak tersebut karena seringkali tidak terdeteksi oleh tubuh tetapi bahaya yang timbul adalah keluarnya komponen kejiwaan ini dari struktur tubuh. Oleh karena itu kita perlu memahami bahkan belajar tentang jiwa, bagaimana kita memberi stimulus-stimulus bagi jiwa kita untuk tidak bergejolak jika kita menghadapi masalah kehidupan dan jikapun bergejolak kita mampu untuk meminimalisir bahkan lebih baik lagi jika kita mampu meredamnya”, ujar Agus.

Kegiatan dilanjutkan dengan membagi klien menjadi beberapa kelompok kecil yang masing-masing ditangani oleh psikolog-psikolog yang bertugas memberikan stimulus-stimulus dan cara-cara dalam mengendalikan jiwa sehingga kelak jika klien berhadapan dengan masalah dapat lebih mengontrol jiwanya untuk tidak bergejolak sehingga dapat melakukan tindakan melanggar hukum lagi.

Kegiatan ini diikuti oleh 35 (tiga puluh lima) klien yang dimulai pada pukul 09.30 wib dan selesai pada pukul 12.00 wib.

PENGABURAN KESADARAN (BLURING AWARNESS)

Madiun – Selasa, 16 Januari 2018 Bapas Madiun kembali mengadakan bimbingan kepribadian untuk 25 orang klien dengan mengambil tema “Pengaburan Kesadaran” (Bluring awarness) bertempat di ruang konseling Bapas pada pukul 09.00 s/d 11.30 wib. Dan selaku pembawa acara adalah psikog dari Bapas Madiun yaitu Agus Purwanto. 

“Kita semua mengetahui dan mengakui bahwa Tuhan telah memberi anugerah yang luar biasa dari setiap pribadi berupa kapasitas-kapasitas yang unik dan indah”, ujar Agus memulai pembicaraan.

“Fenomena yang sering terjadi kepada seseorang ketika menghadapi suatu masalah atau dalam kondisi stres, terhimpit, tertekan, melalui hari-hari yang sulit akan membuat kapasitas diri tersebut menjadi lenyap”, lanjut Agus.

Kemanakah gerangan kapasitas diri tersebut dan bagaimanakan memunculkannya??

Sebenarnya kapasitas siri tidak pernah lenyap pada diri seseorang, yang terjadi hanya pengaburan kapasitas karena tertutup oleh berbagai masalah dan emosional yang dihadapi oleh seseorang.

Tidak ada seseorang yang tidak memiliki permasalahan, tetapi cara menghadapi masalah terhadap masing-masing orang berbeda-beda karena tingkat berpikir dan emosional sseorang pun berbeda.

Seorang narapidana akan lebih mudah mengalami stres, depresi, panik, malu, sedih dan hal-hal negatif lain karena kondisi terkungkung di penjara dan masa lalu yang kelam.

“Janganlah berlarut terhadap hal-hal negatif, segeralah berbenah, jangan makin terbenam sehingga makin tertutup kesadaran kita untuk menjadi manusia yang lebih baik dan berguna dengan memunculkan kembali kapasitas diri”, tegas Agus memberi semangat.

Agus pun memberikan tips/ cara dalam memunculkan kapasitas diri tersebut yaitu dengan proses penenangan diri/ meditasi. bagaimanakah menuju proses meditasi tersebut??

“Setelah kita menyadari kepanikan, depresi, stres, dan segala rasa tidak nyaman yang mengganggu bahkan jika dilanjutkan akan dapat mengubah diri dan jalan hidup kita, maka cobalah mencari tempat yang tenang untuk bermuhasabah/ meditasi dengan menetralisir perasaan, menginvetarisir/ memetakan seluruh perjalanan hidup kita (apa saja yang pernah kita alami, hal-hal yang kelam) kemudian mencoba untuk berkawan dengan keadaan, memperbaikinya sehingga akan membuat kita menjadi tenang. Masalah memang tetap ada dan akan ada, tetapi dengan jiwa yang tenang maka pikiran positif pun akan muncul sehingga kita dapat mencari solusi bagi setiap permasalahan yang kita hadapi”, lanjut Agus.

Agus juga menambahkan bahwa suatu saat dalam proses menjadi manusia yang sadar dan baik, kita akan menemui titik persimpangan/ ambang kesadaran. Disitulah kita dituntut apakah kita akan memilih kembali menjadi manusia yang normal atau sebaliknya. “Niatkan untuk menjadi manusia yang lebih baik, berusahalah sekuat tenaga, buka kembali inventaris perjalanan hidup kita sebagai acuan dalam bersikap dan bertindak, lalui proses dengan keinginan untuk kembali pada kesadaran diri yang utuh. Jika proses tersebut dapat kita lalui, meskipun saya yakin tidak mudah, maka Tuhan tidak akan tinggal diam, Dia akan kembali memunculkan kapasitas-kapasitas diri kita yang selama ini terkaburkan oleh sikap dan perilaku negatif kita selama ini. Dan yakinlah….kita akan sangat menantikan munculnya kapasitas diri itu yang membuat kita menjadi manusia yang berdaya guna”, tegas Agus dalam memberi motivasi.

 

PELATIHAN PERBENGKELAN LAS BAGI KLIEN BAPAS MADIUN

Madiun – Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan pada pasal 6 ayat 1 menyebutkan bahwa pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan dilakukan oleh Bapas. Sebagai pengejawantahan terhadap undang-undang tersebut, Rabu tanggal 25 Oktober 2017 Bapas mengadakan pelatihan perbengkelan las bagi klien selama 3 (tiga) hari dengan menggandeng pihak ketiga sebagai narasumber.

Selain sebagai bentuk pengejawantahan terhadap undang-undang, pelatihan ini juga dimaksudkan untuk mengembangkan potensi diri klien di bidang las besi. “Pelatihan perbengkelan las selain sebagai bentuk perhatian Bapas terhadap klien juga memberikan teknik-teknik dasar kepada klien yang nantinya diharapkan dapat lebih dikembangkan oleh klien lebih dalam lagi sehingga dapat digunakan sebagai mata pencaharian”, ujar Ardius selaku Kabapas memberi sambutan pada pembukaan pelatihan. Ardius menambahkan agar dengan adanya pelatihan ini klien dapat mengeluarkan potensi dirinya, mengembangkan lebih dalam lagi teknik dasar yang telah diperoleh dengan mencari referensi melalui media-media sosial ataupun media-media lainnya.

Tim Pembimbingan Kemandirian juga mengharapkan agar kegiatan-kegiatan bimbingan yang selama ini sudah dilaksanakan lebih diperdalam lagi oleh Klien sehingga dapat bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga, maupun masyarakat, terlebih jika dapat digunakan sebagai mata pencaharian. “Saat ini sudah ada klien Bapas yang telah mendirikan bengkel sendiri setelah mengikuti pelatihan yang bekerjasama dengan Dinas Sosial Madiun. Beliau mendapatkan peralatan 1 buah kompressor, 8 buah kunci pas, 2 buah obeng, 1 buah tang, alat tambal ban, dll yang dibutuhkan sebagai modal awal dalam membuka bengkel. Oleh karena itu kita jangan menyerah, karena Tuhan melihat kerja keras kita, yakinlah dimana ada keinginan/ kemauan disitu akan ada jalan”, ujar Agung (ketua tim) memberi semangat. “Bapas mengharapkan bimbingan-bimbingan yang telah dilaksanakan dapat diikuti dan dipraktekkan oleh klien, sehingga kedepannya klien dapat menjadi manusia baru yang lebih produktif dan bermanfaat serta berdayaguna, tidak mengulangi lagi perbuatan kriminal terutama karena faktor ekonomi,” tegas Agung.

Setelah materi teknik dasar perbengkelan las dijelaskan kepada klien kemudian praktek perbengkelan las dilanjutkan di bengkel las besi jl. Panjaitan Madiun. Pelatihan ini diikuti oleh 25 orang klien yang antusias.

BIMBINGAN KEPRIBADIAN-MANUSIA BISA BERUBAH

Madiun – Sebanyak 40 (empat puluh) klien PB dan CB berkumpul di kantor Balai Pemasyarakatan klas II Madiun dalam rangka menghadiri kegiatan Pembimbingan Kepribadian  yang diadakan oleh Bapas Klas II Madiun dengan mengambil tema “Manusia Bisa Berubah”.

Kabapas, Ardius membuka kegiatan dimaksud dengan menyampaikan pesan bahwa kegiatan pembimbingan ini bertujuan untuk membina klien menjadi pribadi yang baik. “Kita bersama-sama hadir disini untuk saling mengingatkan dalam hal kebaikan karena yang kita harapkan pada saat ajal menjemput adalah dalam keadaan yang baik. Harta, tahta, keluarga, teman tidak akan kita bawa pada saat mati, hanya amal ibadahlah yang akan menolong kita. Sunggh kematian itu pasti akan menjemput kita semua”, ujar Ardius. Ardius juga menambahkan bahwa kita harus mensyukuri apapun yang kita dapatkan baik pada keadaan lapang maupun sempit, jangan mudah mengeluh apalagi menyerah karena umur kita tidak ada yang tahu. “Belajarlah dari pengalaman baik maupun buruk untuk dapat merubah priadi kita menjadi manusia yang lebih bermanfaat”, lanjut Ardius.

Sebagai narasumber adalah Maji selaku Pembimbing Kemasyarakatan. Maji mengatakan bahwa sebenarnya manusia telah diberikan akal dan hati nurani untuk membedakan mana yang baik dan buruk, tetapi karena faktor hawa nafsu mengalahkan keduanya sehingga manusia terperosok ke dalam tembok yang tinggi dan dingin (Lapas). “Tetapi saya yakin bahwa kita semua pasti dapat berubah”, ujar Maji. Bagaimana caranya?? “Nikmatilah hidup dengan bersyukur dan bertanggung jawab , dimulai pada diri sendiri dulu baru kemudian pada keluarga kemudian masyarakat. Lakukan pekerjaan yang baik sehingga sewaktu-waktu kita mati, hal baiklah yang sedang kita lakukan, dan belajarlah dari pengalaman hidup, jangan terjatuh di tempat yang sama. Berjuanglah untuk berubah dalam hal pola pikir dan peruatan yang baik”, kata Maji. Lebih lanjut Maji menambahkan agar kita menjadi manusia yang beradab, memiliki moralitas. Replay kembali kepribadian di masa lalu kita yang membuat kita reperosok, cari penyebabnya, akui kesalahan, berusaha memperbaiki, kembali bergaul dengan keluarga dan masyarakat, serta berusaha untuk mengendalikan pribadi yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain agar tidak kembali muncul.

1 2 3 4 5 12