MENGAPA PENYIMPANGAN MASIH TERJADI??
Madiun – Tidak sekali dua kali, bahkan mungkin sering sekali kita dengar istilah residivis yaitu pengulangan atau kesalahan yang dilakukan kembali oleh seorang narapidana, bahkan terkadang kita cukup dibuat pusing mengapa seorang narapidana tidak kapok berada dalam jeruji besi? Mengapa mereka nekat untuk melakukan kembali kesalahan yang sama?. Sementara kita tahu bahwa seorang narapidana residivis akan mendapat hukuman lebih lama dari kasus yang sebelumnya. Apakah mereka tidak jera? Masalah apa yang melatarbelakangi sehingga seseorang kembali melakukan kesalahan yang sama hingga rela kembali mendekan dalam Lapas??
Bimbingan kepribadian yang dilaksanakan oleh Bapas Madiun kali ini adalah berupaya mendapatkan solusi yang tepat bagi klien pemasyarakatan agar tidak kembali mengulangi kesalahan yang sama dengan mencari akar dari permasalahan yang dihadapi masing-masing klien. Tujuan dari kegiatan kali ini adalah membuat klien mampu mengendalikan jiwanya sehingga muncul keinginan bahkan niat untuk berubah ke arah yang lebih baik dengan memberikan stimulus-stimulus (rangsangan) bagi jiwa untuk tidak lagi memberontak dan menyebabkan munculnya kembali kesalahan yang sama bahakan bisa saja lebih parah lagi.
Bertempat di aula Bapas Madiun, kegiatan bimbingan ini dibuka oleh Kepala Bapas, Ardius. Ardius mengatakan bahwa selama ini Bapas dengan melalui PK nya terus mengikuti perkembangan Klien dan Klien juga diharapkan proaktif dalam setiap kegiatan yang diadakan oleh Bapas. “Kegiatan ini diadakan juga manfaatnya untuk anda sendiri. Disini tempat anda bisa belajar memperdalam diri sendiri. Disini anda akan diberikan solusi cara memecahkan masalah. Disini pula anda tidak sendiri, ada kami yang siap membantu anda. Adalah kegagalan bagi kami jika anda kembali melakukan kesalahan yang sama, bukan hanya keluarga anda yang akan sedih tetapi kami juga. Sayangi usia kalian, hiduplah secara wajar untuk masa depan yang lebih baik, mulailah berpikir positif, merubah sikap, perilaku dan pola pikir ke arah yang lebih baik sehingga akan muncul pribadi baik yang selama ini masih bersembunyi dalam diri anda”, ujar Ardius memberi semangat.
Bertindak sebagai narasumber adalah Agus seorang psikolog dari Bapas dengan dibantu olah 6 (enam) orang pegawai CPNS yang berlatar belakang pendidikan sarjana psikologi. Pada awal bimbingan Agus menjelaskan bahwa manusia terdiri dari 3 (tiga) hal yaitu tubuh, jiwa, dan ruh. Jiwa dibagi lagi menjadi 3 (tiga) yaitu cipta (pikiran), rasa (perasaan), dan karsa (perilaku). “Jika seseorang mendapat masalah maka yang pertama kali bergejolak adalah cipta dan berimbas ke karsa, dan jika kita tidak dapat mengaturnya maka yang timbul adalah perilaku/ karsa yang negatif yang dapat merugikan diri sendiri bahkan orang lain. Dan kadang banyak orang tidak memahami gejolak tersebut karena seringkali tidak terdeteksi oleh tubuh tetapi bahaya yang timbul adalah keluarnya komponen kejiwaan ini dari struktur tubuh. Oleh karena itu kita perlu memahami bahkan belajar tentang jiwa, bagaimana kita memberi stimulus-stimulus bagi jiwa kita untuk tidak bergejolak jika kita menghadapi masalah kehidupan dan jikapun bergejolak kita mampu untuk meminimalisir bahkan lebih baik lagi jika kita mampu meredamnya”, ujar Agus.
Kegiatan dilanjutkan dengan membagi klien menjadi beberapa kelompok kecil yang masing-masing ditangani oleh psikolog-psikolog yang bertugas memberikan stimulus-stimulus dan cara-cara dalam mengendalikan jiwa sehingga kelak jika klien berhadapan dengan masalah dapat lebih mengontrol jiwanya untuk tidak bergejolak sehingga dapat melakukan tindakan melanggar hukum lagi.
Kegiatan ini diikuti oleh 35 (tiga puluh lima) klien yang dimulai pada pukul 09.30 wib dan selesai pada pukul 12.00 wib.